Efektifitas Pelatihan Pertolongan Pertama Henti Jantung Dengan Model SELAMAT Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Kota Pontianak
Uti Rusdian Hidayat, Fauzan Alfikrie, Debby Hatmalyakin, Ali Akbar, Nurpratiwi, Mimi Amaludin, Riki Saputra
Penelitian Dosen Program Studi D-III Keperawatan
Hibah Internal LPPM STIKes Yarsi Pontianak Tahun 2021
Pendahuluan
Henti jantung di luar rumah sakit atau yang biasa disebut OCHA (Out of Hospital Cardiac Arrest) merupakan kondisi yang seringkali mengancam hidup seseorang. Di beberapa negara kejadian OHCA mengalami peningkatan dan sebagian besar hanya sedikit korban yang bisa selamat. Kondisi ini berkaitan dengan rendahnya angka pertolongan pertama BHD pada henti jantung di masyarakat serta waktu yang dibuthkan tenaga kesehatan ke lokasi kejadian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat keberlangsungan hidup pasien dengan henti jantung di luar rumah sakit.
Metode
Penelitian quasy experiment dengan pendekatan pre-test posttest with control group. Penelitian ini merupakan salah satu rentetan penelitian dan pengembangan model pembelajaran. Model pengembangan yang digunakan berupa 4 D yang terdiri dari Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan) dan Disseminate (Penyebaran). Pada penelitian ini, peneliti baru mencapai tahap Develop/pengembangan berupa model SELAMAT. Populasi pada penelitian ini berupa penduduk kota Pontianak yang berjumlah 671.598 jiwa penduduk. Sampel yang digunakan sebesar 60 yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok SELAMAT dan kelompok AHA. Tehnik sampling yang digunakan berupa kuota sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan berupa kuesioner yang bersumber dari AHA (AHA, 2020) yang sudahdiuji valid dan reliabel dengan nilai chronbach alpa 0.937. Untuk keterampilan diukur menggunakan SOP bantuan hidup dasar yang bersumber dari AHA (AHA, 2020) dan sudah diuji pakar dengan salah satu trainer nasional yang tersertifikasi AHA. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dengan No. 047/KEPK/STIKes.YSI/X/2021. Uji statistik yang digunakan berupa uji marginal homogeneity untuk variabel pengetahuan dan uji mc nemar untuk variabel keterampilan.
Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan pertolongan pertama henti jantung dengan Model SELAMAT efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat kota pontianak dengan masing-masing nilai p= 0,000.
Pembahasan
SELAMAT adalah mnemonic dari tahapan atau algoritma bantuan hidup dasar pada korban yang menderita henti jantung diluar rumah sakit bagi orang awam yang tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Tahapan dan prinsip pada metode “SELAMAT” berdasarkan konsep OHCA dari American Heart Association (AHA) dalam Provider Manual Basic Life Support Tahun 2020 yang paling banyak dijadikan rujukan atau pedoman internasional untuk penanggulangan kasus henti jantung diluar rumah sakit (AHA, 2020). SELAMAT adalah mnemonic yang bisa mempermudah penolong pertama dalam mempelajari dan mengingat tahapan pertolongan yang akan diberikan. Teknik memori atau mnemonic merupakan suatu sistem tentang “kode memori” yang membuat orang ingat dengan sempurna apapun yang ingin diingatnya (Drushlyak et al., 2021). “SELAMAT” menjadi mnemonic yang dapat memudahkan penolong pertama pada saat mempelajari maupun untuk mengingat kembali sebelum dan saat memberikan bantuan pada korban henti jantung di luar rumah sakit.
SELAMAT” dijabarkan menjadi 7 tahapan sesuai dengan jumlah hurufnya. Huruf “S” merupakan langkah awal yaitu “Selalu Utamakan Keselamatan”. Pada tahap ini, asisten harus memastikan prinsip “tiga keselamatan” meliputi;(1) Keselamatan penolong terjamin dengan memastikan penolong siap membantu dan terhindar dari risiko penularan penyakit atau bahaya lain, yang harus dipastikan sebelum penolong kepada korban. dengan menilai kondisi lingkungan selama periode waktu tertentu untuk menentukan unsur unsur berbahaya dari lingkungan, ini harus dipastikan sebelum penyelamat mencapai korban, dan (3) Merugikan korban, dicapai dengan memastikan korban berada di luar jangkauan bahaya lingkungan , dan bahwa lokasinya membantu dalam pengujian dan dukungan yang mudah (AHA, 2020). Huruf “E” merupakan singkatan dari langkah kedua yaitu “Evaluasi Kesadaran Korban”. Pada tahap ini penolong memastikan respon korban dengan cara memanggil dan menepuk bahu korban secara bersamaan sambil memperhatikan dua hal diantaranya; (1) apakah mata terbuka, (2) apakah mulut mengeluarkan suara. Jika kedua jawaban tidak ada, tindakan akan dilanjutkan ke langkah berikutnya dengan urutan mengingat “SELAMAT”. Jika korban menjawab dengan benar, cukup ambil langkah huruf “L” dan temani korban sambil menunggu pertolongan (AHA, 2020). “L” adalah langkah ketiga, yaitu “Lihat Sekitar dan Panggil Bantuan”. Tim penyelamat memanggil bantuan medis dan harus meminta orang lain di sekitar untuk menghubungi pusat bantuan medis sehingga responden pertama fokus pada korban. Jenis bantuan yang diperlukan harus mencakup setidaknya satu dokter, kendaraan darurat, dan perangkat AED (Automated External Defibrillator) (AHA, 2020). Huruf “A” merupakan langkah ke 4 yaitu “Amati korban bernafas dan periksa nadi”. Penolong mengamati pergerakan dada korban untuk menentukan apakah korban bernafas dan apakah nadi dapat diraba. Jika korban tidak bernapas dan tidak teraba denyut nadi, curigai henti jantung dan tindakan tindak lanjut diindikasikan pada fase “M” (AHA, 2020). “M” adalah langkah kelima, yaitu “Lakukan kompresi dada”. Pada tahap ini, penolong menekan bagian tengah tulang dada hingga kedalaman 5-6 cm dengan kecepatan 100-120 kali/menit dan memastikan tulang rusuk dalam keadaan utuh sebelum menekan kembali tanpa melepaskan tangan dari korban. dada. Tindakan ini dicapai dengan mempertahankan tingkat kedalaman dan kecepatan yang stabil (AHA, 2020). Huruf “A” merupakan singkatan dari langkah keenam, yaitu “Amati respon korban (selama penekanan dada)”. Saat melakukan kompresi dada, penolong memperhatikan reaksi korban yang dapat bervariasi, seperti membuka mata, batuk, muntah, gerakan anggota badan, dll. Kompresi dada dihentikan jika korban merespons, jika bantuan datang, atau jika penolong kelelahan dan tidak ada penolong lain yang tersedia (AHA, 2020). Huruf “T” merupakan langkah ketujuh yaitu “Tunggu bantuan datang (sambil melakukan penekanan dada)”. Langkah ini diambil jika ditemukan reaksi pada korban, terutama jika korban dipastikan bernapas. Penolong dapat berbaring miring (sisi kanan) sambil menunggu bantuan dan memeriksa pernapasan korban setiap dua menit. Jika korban sudah berhenti bernapas, penolong terus melakukan kompresi dada dengan korban terlentang (AHA, 2020).
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan pertolongan pertama henti jantung di luar rumah sakit dengan MODEL SELAMAT dan AHA sama-sama dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat kota Pontianak. Metode SELAMAT dapat lebih baik meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibandingkan dengan metode AHA. Perlunya penelitian pengembangan Model SELAMAT dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam rangka mengikuti perkembangan zaman.